DALAM HUJAN
Ranting
dedaunan menari seirama gejolak angin di musim ini. Musim yang membius seluruh
raga dan bahkan mampu membekukan aliran darah dalam sekejap. Titik-titik embun
di atas rerumputan masih menyisakan jejaknya. Kaki ini tetap melangkah meskipun
mulai terlihat segumpal awan hitam menelan langit secara perlahan. Tak ada
alasan untuk berhenti karena sebentar lagi akan tiba.
“ Selamat pagi, Tisya.”
Kutolehkkan kepalaku sejenak untuk melihat siapakah pemilik suara itu.
“ Selamat pagi, Ira.” Aku terus berlalu menuju bangku kayu paling
belakang, tempat singgah selama enam bulan yang lalu. Kupandangi langit sekali
lagi, tak ada yang berubah. Ternyata si hitam mampu mengalahkan yang putih dan
sekilas cambuk putih mulai mengambil perannya.
“
Kau tak datang semalam.” Kulirik dia sudah berada di sampingku. Gadis kurus
berambut coklat yang tadi menyapaku. Aku
menghela napas dan kembali melihat pepohonan yang masih berdansa dengan sang
angin lewat celah jendela biru ini.
“ Ada apa ? ” . Dia bertanya lagi.
Tak ada sepatah kata pun
yang mampu kulontarkan karena memang tak ada yang ingin aku ucapkan. Aku paham
betul arah pembicaraannya. Bisakah dia berhenti bertanya ?
“ Kau tahu, mungkin dia
menunggu kau datang juga.” Masih. Dia
masih bertanya namun aku enggan menjawab. Pemandangan di luar sana jauh lebih
menarik dari sekedar pertanyaannya. Ia menghela napas lalu beranjak pergi.
Sunyi.
Seolah tak ada tanda kehidupan. Entah kemana gadis itu pergi. Dan
mungkin ini memang terlalu pagi untukku berada disini. Diri ini membawa kakiku
keluar sekedar untuk menyesapi aroma khas musim ini. Sangat menyegarkan. Kubersandar
di tembok putih dengan tetap memandangi langit. Sungguh indah. Kurasakan
sesuatu menelusup ke dalam rongga dada ketika desir angin meniup pelan tubuhku.
Sesuatu yang tak bisa kujelaskan dengan kata-kata. Kupejamkan mataku dan aku
mulai mengerti sesuatu itu. Setetes cairan bening berhasil lolos dari pelupuk
mataku entah karena apa. Aku merasakan ini benar-benar dalam.
“ Tak baik memendamnya, Tisya.
“ Dia duduk menemaniku. Dia menatapku seolah mencari sesuatu dan aku tak peduli
itu.
Awan masih sama seperti semula.
Semakin pekat. Mulai terdengar suara saling bersahutan di atas sana. Semakin
menandakan bahwa waktunya sebentar lagi tiba. Perlahan setetes demi setetes air
jatuh menyirami bumi di pagi ini. Ah, akhirnya tiba juga. Kulihat sekelilingku sudah
ramai dan rupanya dia masih duduk disini.
“ Tidakkah kau ingin masuk ?” Dia menatapku lalu mengangguk. Hujan
masih mengguyur deras menimbulkan kebisingan karena beradu dengan atap seng
gedung ini. Namun, tetap saja musim ini adalah musim yang paling dinantikan
termasuk diriku. Tiba-tiba angin berhembus membelai tubuh melaui celah jendela membuat
hati terbang melayang seolah kembali ke masa itu. Masa yang takkan terlupakan.
Motor hijau itu
terus melaju perlahan di bawah guyuran hujan yang begitu deras. Tak
menghiraukan betapa tubuh jangkung itu telah basah kuyup. Motor itu berhenti.
“ Apa kau kedinginan ?.” Pengendara motor ninja itu
memberikan jaket hijau miliknya kepada sang gadis yang tengah dibonceng. Namun,
ia menolak dengan tersenyum. Nampak raut kebingungan di wajah pemuda itu. Tak
mau berpikir terlalu lama, pemuda itu mengenakan jaketnya kembali. Motor itu
kembali melaju pelan menikmati setiap tetesan hujan dan hembusan angin yang
merayapi tubuh. Tak seorang pun berniat untuk membuka suara karena keduanya
sedang terlena akan suasana hari ini.
Kenangan.
Masa lalu.
Memang benar telah menjadi sebuah sejarah usang yang takkan pernah
terulang kembali. Memori-memori masa itu kembali memenuhi ruang dimensi hati bagai
kaset film yang tak pernah usai. Menjadi nostalgia yang membelenggu jiwa dan
pikiran. Seolah dapat melihat semua
kejadian di masa lalu dengan jelas. Tak ada rahasia. Tak ada yang tersembunyi.
Sesuatu dalam dada melonjak ingin keluar menimbulkan rasa sesak yang tak
terperi. Suara gemuruh kembali bersahutan. Menyadarkan diri dari setiap lamunan
dan pikiran yang melayang. Kulihat Bu Indari masih menjelaskan tentang rumus
aljabar . Ah, sejauh mana aku melewatkan penjelasan hari ini ?. Mencoba
memusatkan hati dan pikiran pada apa yang seharusnya menjadi tujuan dan fokus
utama.
********
Bersyukur Tuhan mau berbaik hati
menghentikan aksi sang hujan saat ini sehingga aku bisa pulang dan melepas
semua lelah. Terlihat genangan air serupa danau-danau mini memenuhi setiap
jalan paving hitam ini. Aroma khas menguar melewati indra penciuman membuat
siapapun tahu bahwa hujan baru saja berhenti. Remang-remang nampak cahaya
kuning sedikit berpendar seratus derajat dari ufuk timur. Dan terlihat
lengkungan spektrum di langit menambah
keindahan sang penyangga bumi. Kedamaian terasa dalam lubuk hati. Seulas senyum
terpatri melihat semua keagungan Sang Pencipta. Aku terus melangkah tanpa
berhenti memandangi pelangi di singgasananya. Aku terhenyak. Pelangi yang
melengkung tersenyum indah itu kembali membuatku teringat masa itu. Masa yang
ingin terhapus namun tak terlupakan. Kugelengkan kepalaku keras untuk menghalau
segala pikiran masa itu memenuhi otak ini. Kaki ini melangkah lebih cepat agar
tak terjebak dalam ruang nostalgia.
Pagar merah nampak jelas di depan
mata. Ada sebulir sisa hujan menghiasi permukaan pagar merah rumahku.
Sepi.
Hati bertanya-tanya, mengapakah tak ada orang ? Kubuka pintu rumah
namun tak terkunci. Sungguh tak seperti biasanya, tak seorangpun menunggu di
rumah. Ah, itu tak masalah. Yang terpenting adalah menghilangkan segala
kepenatan. Kasur empuk di depan mata sungguh menggodaku . Kebutuhan yang tak
bisa dihindari. Memejamkan mata berharap akan segera menemui alam mimpi. Alam
yang tak mengenal batas dan logika, sesuatu yang membuat kemustahilan menjadi
nyata. Kuhempaskan tubuhku ke atas kasur bermotif bunga tulip
kesukaanku. Perlahan mencoba menutup kedua mata namun tak bisa. Seolah ada
sesuatu yang masih mengganjal dalam pikiranku. Seolah ada benda berat menimpa
benakku yang membuatku sedikit merasa gusar akhir-akhir ini.
CKLEK !
Suara pintu kamar yang tiba-tiba terbuka mengejutkanku.
“ Ah, maaf membuatmu kaget.” Aku melihat seorang wanita separuh
baya dengan pakaian hitam berdiri di depan kamarku. Ya, ibuku.
“ Tak apa Ma.” Wanita yang selama ini merawatku dengan penuh kasih
menghampiriku dengan senyum yang meneduhkan tetap terpatri di wajah yang mulai
menua itu.
“ Mama pikir kau akan pulang sore hari ini nak.” Kupandangi
wajahnya dengan seksama. Wajah yang selalu membuatku tenang, tegar, dan selalu
bersemangat.
“ Ntahlah Ma, tapi hari ini pelajaran selesai lebih cepat.” Tangan
lembutnya mengusap rambutku.
“ Makanlah dulu lalu kau bisa istirahat.” Aku mengangguk, ia membalasnya
dengan senyuman.
“ Nak, datanglah untuk menjenguknya walaupun sekali, kau sekalipun
tak pernah datang dari awal.” Aku
terdiam ketika mama mengatakan hal itu.
Bibirku seperti terkunci sangat rapat.
“ Mama tahu ini berat tapi
sampai kapan kau akan sembunyi ? Bagaimanapun kau tak akan pernah bisa lari
dari sebuah kenyataan, nak.” Mama
membelai pipiku lalu beranjak pergi.
“ Cepatlah makan.” Pesan mama
sebelum berlalu dari kamarku. Tubuhku terpaku. Mencerna setiap kata-kata yang
mama ucapkan. Separuh hatiku membenarkan hal itu namun separuh hatiku lagi
masih belum bisa memercayai hal ini. Dengan langkah berat aku menuju meja makan
yang ntah kapan telah tersedia makanan padahal sedari sampai di rumah, meja
makan ini masih kosong.
Aku kembali ke kamar setelah
menyantap beberapa sendok makanan . Enggan rasanya untuk tidur, rasa kantuk dan
lelah lenyap begitu saja. Setumpuk buku berwarna merah tersusun rapi di atas
meja belajar. Aku memang menyukai warna merah. Kuambil sebuah lalu membacanya.
Catatan tentang perjalanan
hidupku selama setahun ini. Aku selalu menulis semua apa yang aku lakukan dalam
sebuah catatan harian. Seulas senyum menyertai setiap membuka helai demi helai
lembaran cerita tahun lalu. Membangkitkan memori yang seolah telah mati suri.
Tiba-tiba terlintas perkataan mama sebelumnya.
Ah, hatiku kembali resah.
Sesuatu terjatuh ketika kubuka lembar berikutnya. Sebuah foto
ketika aku masih duduk di bangku kelas sebelas. Nafasku memburu, jantungku
berdetak kencang, aku tak ingin melihat ini. Foto yang membuatku kembali
gundah. Ada tulisan di balik foto ini dan aku tak tau
kapan ia menulisnya. Seketika tanganku bergetar membaca tulisan itu, tanpa
pikir panjang aku berlari keluar rumah menerobos hujan yang masih setia
mengguyur bumi dengan deras, tak peduli panggilan Mama yang menanyakan kemana
aku kan pergi. Yang aku pikirkan hanyalah tulisan dalam foto itu. Berlari dan berlari agar sampai lebih cepat
disana. Nafasku terengah, aku bersimpuh di sebuah gundukan tanah yang masih
nampak merah. Aku tak bisa lagi menahannya, menangis di tengah derasnya hujan.
Apa yang bisa kulakukan ? Hal yang selalu kuhindari akhirnya
kuakui. Aku ingin memeluknya. Aku selalu berharap ini mimpi, semua hanya ilusi
dan apa yang ada di depanku bukanlah dirimu.
Bagaimana bisa aku memercayai bahwa kau telah terbaring kaku di
dalam sana ?
Bagaimana aku bisa menerima semua kenyataan ini ? Tapi, sekuat apapun aku mencoba untuk
mengelak dan menghindari semuanya, inilah kenyataan. Aku tidak sedang bermimpi.
Benar, aku tidak bisa terus berlari dan mengubah kenyataan. Maafkan aku,..
hujan menjadi saksi semua ini. Seperti yang kau tulis dalam foto itu,
“ Hidup itu terlalu singkat jadi jangan pernah menyiakan hidupmu.
Mungkin aku tak abadi namun percayalah jiwaku selalu ada. Tersenyumlah selalu
karena mungkin kita takkan bersama lagi namun percayalah bintang di hatimu
takkan pernah padamu seperti kasih sayangku padamu yang selalu bersinar meski
tiada lagi raga di dunia ini.”
Kuikhlaskann
kepergianmu, meski masih berat bagiku namun seperti ucapanmu, kau akan selalu
hidup dalam hatiku. Maafkan keegoisanku, bukan maksudku tak hadir dalam saat
terakhirmu namun aku tak sanggup melihatmu terbujur kaku di depanku. Maafkanlah
aku, karena baru menjengukmu hari ini. Percayalah, bagiku kau akan selalu ada
dan tak pernah mati.
Karena tak mungkin manusia lepas dari takdir
dan lari dari kenyataan.
Website paling ternama dan paling terpercaya di Asia
ReplyDeleteSistem pelayanan 24 Jam Non-Stop bersama dengan CS Berpengalaman respon tercepat
Memiliki 9 Jenis game yang sangat digemari oleh seluruh peminat poker / domino
Link Alternatif :
arena-domino.club
arena-domino.vip
100% Memuaskan ^-^